Yang Gila Darinya Adalah Mimpinya

Yang Gila 
Darinya 
Adalah Mimpinya
by: fara awwaluna

facebook.com

Ada segelintir orang biasa yang memiliki impian luar biasa. Hingga keluar biasaan mimpinya terkesan mustahil untuk teruwujud bagi orang sebiasa dirinya.

Ada segelintir orang yang tak memiliki apa-apa. Bahkan jika standar mimpinya rendah, belum tentu dirinya mampu mewujudkan. Namun dibalik semua keterbatasannya, tak main-main dia buat impiannya. Setinggi langit dia gantung semua asanya.

Ada orang yang tak istimewa. Direndahkan sana-sini asupannya. Tapi impiannya melanglang buana. Mengalahkan orang-orang diatasnya, yang barangkali lebih diberi kemudahan akses untuk menuju impian yang serupa dirinya.

Ada pula orang yang tak pernah dianggap dunia. Dipandang sebelah mata. Ditenggelamkan kehadirannya. Tapi hatinya berkobar tekad, ada impian yang tumbuh subur disana.

Orang-orang biasa. Orang-orang rendahan. Orang-orang tak punya nama. Orang-orang yang dipandang sebelah mata.

Orang-orang yang dianggap gila dengan impiannya ...

Orang lain berkata: “Untuk apa bermimpi tinggi-tinggi? Toh setiap orang punya kadar maksimalnya masing-masing. Mengapa tidak hidup sesuai kenyataan? Daripada menghabiskan waktu dengan mengharapkan hal yang begitu mustahil dicapai.”

Orang satunya berkata: “Bahkan katak yang bisa melompat tak akan pernah bisa terbang. Jadi untuk apa berusaha pada sesuatu yang diluar kapasitas kita?”

Semua suara-suara menjatuhkan. Semua pandangan meremehkan. Semua komentar merendahkan. Semua hal-hal yang datang untuk meredupkan impian.

Pemimpi itu bertanya pada diri sendiri: Apa memang diri mereka tak sepantas itu?

Apa seharusnya memang benar kata orang; hiduplah sewajarnya. Jangan bermimpi  yang tak bisa diwujudkan!

Tapi sebelum semua itu membekukan tekad, sebelum kata-kata itu sempurna meredupkan impiannya, pemimpi itu merayu hatinya untuk kembali percaya:

Bahwa pada hakikatnya yang menyeramkan dari proses mencapai impian bukan kata-kata yang menjatuhkan mereka.

Namun diri yang sudah tak meyakini kemampuan dirinya.

Terserah seberapa banyak orang lain merendahkan. Terserah berapa banyak telinga kita mendengar kalimat-kalimat menjatuhkan. Asal diri masih percaya. Asal diri masih yakin. Asal diri masih memiliki tekad. Kata-kata itu tak akan punya ruang untuk menjatuhkan apalagi meredupkan impian.


pixnio.com

Yang gila darinya adalah mimpinya ...

Orang-orang berkata bahkan katak yang melompat tak akan bisa terbang. Begitu juga dirinya yang terlalu gila membuat mimpi yang diluar kapasitasnya.

Besok lusa, boleh jadi dia memang tak mendapat apa yang dia impikan. Namun dia menjadi orang yang mendapatkan lebih dari orang-orang yang terlalu dini menilai kapasitas dirinya.

Mimpinya yang tinggi melangit, membuat yang tak terwujud pun terjatuh di bintang-bintang. Bukan di dasar jurang kelam yang gelap gulita.

Yang gila dari dirinya adalah mimpinya ...
Orang lain berkata: KAU TAK MUNGKIN BISA. ADA BANYAK ORANG DILUAR SANA YANG LEBIH LAYAK!

Dan pada akhirnya dia memang menjadi orang yang benar-benar tak mendapatkan apa yang dia impikan dan perjuangkan. Namun dengan bermimpi dia mendapat pelajaran hidup dan pengalaman yang tak terjual dengan uang. Alhasil esok lusa, Allah memberinya sesuatu yang lebih indah dari apa yang luput dia dapatkan.

Jika yang dianggap gila darinya adalah mimpinya, itu tak masalah. Sebab di penghujungnya ada Allah yang tak pernah mengenal kemustahilan.
pxhere.com

Para pemimpi itu sekarang ...

Yang dianggap gila dengan mimpinya ...

Sedang kembali menata hati. Dari hati yang sebelumnya terlampau lemah untuk kegagalan yang datang bertubi-tubi.

Mencoba menguatkan kepercayaan pada diri bahwa seorang pendaki sejati tak akan berhenti sebelum melihat puncak dengan mata kepala sendiri.

Para pemimpi itu sekarang ....

Sedang berusaha menyusun strategi. Mencari peluang-peluang yang dapat mengantarkan pada terwujudnya mimpi-mimpi. Tak masalah jika Allah tak memberinya mimpi yang selaras dengan ingin. Asal dia sudah berusaha, para pemimpi tahu akan ada buah yang manis dari setiap usaha dan lelah yang dia ukir.

Para pemimpi itu sekarang ...

Mungkin sedang berjuang menahan ingin. Dari teman-teman yang dengan mudah asyik menghabiskan waktu dengan hunting. Dari orang-orang yang sibuk gesek ATM untuk shopping. Dari orang-orang yang sibuk mengeksplor perasaan hanya untuk kesenangan duniawi.

Sebab mereka orang biasa, maka butuh lebih banyak usaha untuk mencapai impiannya.

Sebab mereka orang biasa, maka tak mengapa jika konsumsinya adalah hujatan dan pandangan merendahkan.

Sebab mereka orang biasa, mereka harus lebih tahan banting pada semua kegagalan. Pada semua keterbatasan. Pada semua kesulitan. Pada semua kesempitan.

Para pemimpi itu sekarang ...

Mungkin sedang merapal do’a. Mencoba merayu hatinya untuk tetap bangkit walaupun sebagian jiwanya tak ingin. Para pemimpi itu sedang mencoba menjalin persahabatan dengan rasa lelah, sakit, dan penerimaan pada setiap hasil yang tak sesuai dengan ekspektasi.

Esok lusa atas izinNya para pemimpi ini akan menjadi orang penting. Yang akan menyadarkan pada orang lain, bahwa seharusnya tak patut kita merendahkan impian orang lain. Apalagi impian diri sendiri. Sebab mimpi memiliki peluang untuk terjadi.

Esok lusa para pemimpi akan menyaksikan sendiri, buah dari semua lelah yang ia jalani, buah dari setiap pengorbanan yang dia pilih, buah dari kehilangan yang dia cecapi, buah dari kebosanan yang dia atasi, dan buah dari menghargai setiap proses baik.

Mereka akan menyaksikan betapa mengagumkannya perpaduan dari ragam kejadian yang dia alami dalam perjalanan mencapai mimpi.

Tak mengapa jika yang gila darinya adalah mimpinya.

Karena pada hakikatnya para pemimpi itu bukanlah orang gila sebagaimana yang sering dikatakan orang. Mereka adalah orang-orang terbaik yang percaya bahwa keterbatasan dirinya tak menjadikan Tuhannya tebatas mengabulkan mimpinya.








Komentar

Postingan Populer