Yang Gila Darinya Adalah Mimpinya
Yang Gila
Darinya
Adalah Mimpinya
Darinya
Adalah Mimpinya
Ada
segelintir orang biasa yang memiliki impian luar biasa. Hingga keluar biasaan
mimpinya terkesan mustahil untuk teruwujud bagi orang sebiasa dirinya.
Ada
segelintir orang yang tak memiliki apa-apa. Bahkan jika standar mimpinya rendah,
belum tentu dirinya mampu mewujudkan. Namun dibalik semua keterbatasannya, tak
main-main dia buat impiannya. Setinggi langit dia gantung semua asanya.
Ada
orang yang tak istimewa. Direndahkan sana-sini asupannya. Tapi impiannya
melanglang buana. Mengalahkan orang-orang diatasnya, yang barangkali lebih
diberi kemudahan akses untuk menuju impian yang serupa dirinya.
Ada
pula orang yang tak pernah dianggap dunia. Dipandang sebelah mata. Ditenggelamkan
kehadirannya. Tapi hatinya berkobar tekad, ada impian yang tumbuh subur disana.
Orang-orang
biasa. Orang-orang rendahan. Orang-orang tak punya nama. Orang-orang yang
dipandang sebelah mata.
Orang-orang
yang dianggap gila dengan impiannya ...
Orang
lain berkata: “Untuk apa bermimpi tinggi-tinggi? Toh setiap orang punya kadar
maksimalnya masing-masing. Mengapa tidak hidup sesuai kenyataan? Daripada menghabiskan
waktu dengan mengharapkan hal yang begitu mustahil dicapai.”
Orang
satunya berkata: “Bahkan katak yang bisa melompat tak akan pernah bisa terbang.
Jadi untuk apa berusaha pada sesuatu yang diluar kapasitas kita?”
Semua
suara-suara menjatuhkan. Semua pandangan meremehkan. Semua komentar merendahkan.
Semua hal-hal yang datang untuk meredupkan impian.
Pemimpi
itu bertanya pada diri sendiri: Apa memang diri mereka tak sepantas itu?
Apa
seharusnya memang benar kata orang; hiduplah sewajarnya. Jangan bermimpi yang tak bisa diwujudkan!
Tapi
sebelum semua itu membekukan tekad, sebelum kata-kata itu sempurna meredupkan
impiannya, pemimpi itu merayu hatinya untuk kembali percaya:
Bahwa
pada hakikatnya yang menyeramkan dari proses mencapai impian bukan kata-kata yang
menjatuhkan mereka.
Namun
diri yang sudah tak meyakini kemampuan dirinya.
Terserah
seberapa banyak orang lain merendahkan. Terserah berapa banyak telinga kita mendengar
kalimat-kalimat menjatuhkan. Asal diri masih percaya. Asal diri masih yakin. Asal
diri masih memiliki tekad. Kata-kata itu tak akan punya ruang untuk menjatuhkan
apalagi meredupkan impian.
![]() |
pixnio.com |
Yang
gila darinya adalah mimpinya ...
Orang-orang
berkata bahkan katak yang melompat tak akan bisa terbang. Begitu juga dirinya
yang terlalu gila membuat mimpi yang diluar kapasitasnya.
Besok
lusa, boleh jadi dia memang tak mendapat apa yang dia impikan. Namun dia
menjadi orang yang mendapatkan lebih dari orang-orang yang terlalu dini menilai
kapasitas dirinya.
Mimpinya
yang tinggi melangit, membuat yang tak terwujud pun terjatuh di
bintang-bintang. Bukan di dasar jurang kelam yang gelap gulita.
Yang
gila dari dirinya adalah mimpinya ...
Orang
lain berkata: KAU TAK MUNGKIN BISA. ADA BANYAK ORANG DILUAR SANA YANG LEBIH
LAYAK!
Dan
pada akhirnya dia memang menjadi orang yang benar-benar tak mendapatkan apa
yang dia impikan dan perjuangkan. Namun dengan bermimpi dia mendapat pelajaran
hidup dan pengalaman yang tak terjual dengan uang. Alhasil esok lusa, Allah
memberinya sesuatu yang lebih indah dari apa yang luput dia dapatkan.
Jika
yang dianggap gila darinya adalah mimpinya, itu tak masalah. Sebab di
penghujungnya ada Allah yang tak pernah mengenal kemustahilan.
![]() |
pxhere.com |
Para
pemimpi itu sekarang ...
Yang
dianggap gila dengan mimpinya ...
Sedang
kembali menata hati. Dari hati yang sebelumnya terlampau lemah untuk kegagalan
yang datang bertubi-tubi.
Mencoba
menguatkan kepercayaan pada diri bahwa seorang pendaki sejati tak akan berhenti
sebelum melihat puncak dengan mata kepala sendiri.
Para
pemimpi itu sekarang ....
Sedang
berusaha menyusun strategi. Mencari peluang-peluang yang dapat mengantarkan
pada terwujudnya mimpi-mimpi. Tak masalah jika Allah tak memberinya mimpi yang
selaras dengan ingin. Asal dia sudah berusaha, para pemimpi tahu akan ada buah
yang manis dari setiap usaha dan lelah yang dia ukir.
Para
pemimpi itu sekarang ...
Mungkin
sedang berjuang menahan ingin. Dari teman-teman yang dengan mudah asyik menghabiskan
waktu dengan hunting. Dari orang-orang yang sibuk gesek ATM untuk shopping. Dari
orang-orang yang sibuk mengeksplor perasaan hanya untuk kesenangan duniawi.
Sebab
mereka orang biasa, maka butuh lebih banyak usaha untuk mencapai impiannya.
Sebab
mereka orang biasa, maka tak mengapa jika konsumsinya adalah hujatan dan pandangan
merendahkan.
Sebab
mereka orang biasa, mereka harus lebih tahan banting pada semua kegagalan. Pada
semua keterbatasan. Pada semua kesulitan. Pada semua kesempitan.
Para
pemimpi itu sekarang ...
Mungkin
sedang merapal do’a. Mencoba merayu hatinya untuk tetap bangkit walaupun
sebagian jiwanya tak ingin. Para pemimpi itu sedang mencoba menjalin
persahabatan dengan rasa lelah, sakit, dan penerimaan pada setiap hasil yang
tak sesuai dengan ekspektasi.
Esok
lusa atas izinNya para pemimpi ini akan menjadi orang penting. Yang akan menyadarkan
pada orang lain, bahwa seharusnya tak patut kita merendahkan impian orang lain.
Apalagi impian diri sendiri. Sebab mimpi memiliki peluang untuk terjadi.
Esok
lusa para pemimpi akan menyaksikan sendiri, buah dari semua lelah yang ia
jalani, buah dari setiap pengorbanan yang dia pilih, buah dari kehilangan yang
dia cecapi, buah dari kebosanan yang dia atasi, dan buah dari menghargai setiap
proses baik.
Mereka
akan menyaksikan betapa mengagumkannya perpaduan dari ragam kejadian yang dia
alami dalam perjalanan mencapai mimpi.
Tak
mengapa jika yang gila darinya adalah mimpinya.
Karena
pada hakikatnya para pemimpi itu bukanlah orang gila sebagaimana yang sering
dikatakan orang. Mereka adalah orang-orang terbaik yang percaya bahwa
keterbatasan dirinya tak menjadikan Tuhannya tebatas mengabulkan mimpinya.
Komentar
Posting Komentar