Mengapa Cinta Menimbulkan Luka? (Part 1)
Apa kabar hati?
Apakah masih ada sakit?
Apakah masih ada dendam?
Apakah masih ada rindu?
Atau mungkin masih ada rasa yang tersangkut dan menimbulkan perih?
Seharusnya perasaan suci bernama cinta tidak pernah menuntut apa-apa. Apalagi tangisan dan sakit hati bagi yang merasakannya. Cinta adalah sebuah perasaan suci dan juga fitrah bagi manusia. Lantas mengapa hadirnya menimbulkan luka?
Astaga kita tidak mungkin membicarakan cinta dalam berpuluh-puluh kalimat disini. Pasti akan sulit memahaminya. Karena cinta adalah suatu kata yang tak pernah habis di bahas, di ungkit, dan di rasakan. Ia memiliki banyak teori mulai dari yang sederhana hinggga teori chemical reaction atau mungkin segitiga rasa yang terlalu rumit untuk di bahas.
Apa yang membuat cinta menimbulkan luka?
William Shakespeare dengan karyanya yang legendaris "Romeo-Juliet" menutup karyanya dengan Romeo yang meminum racun di hadapan sang kekasih ; Juliet yang pura pura mati. Juliet yang mendapati Romeo sekarat dalam hidupnya, mencium bibir Sang Kekasih yang belepotan racun. Mereka berdua meninggal dalam keadaan mengenaskan.
Kisah cinta lain yang tak kalah legendaris berjudul ; "Layla Majnun". Mengisahkan pasangan bernama Qais dan Layla. Dua insan yang jatuh cinta dan terhalang oleh perjodohan keluarga. Kisah itu di tutup dengan Qais yang menjadi gila, suka merenung dan bersyair sendiri di padang pasir kosong sambil sesekali menyebut nama Layla. Dan sosok Layla yang tidak pernah bahagia dan meninggal karena pesakitan.
Cerita lain, seorang laki laki polos dengan keterbatasan fisik mencintai seorang wanita berparas cantik. Sebut saja Marlena. Pemuda yang tugas sehari-harinya menggiring kambing itupun suatu hari kehilangan Marlena-nya. Cinta yang membuta itu membuatnya linglung hingga salah membelokkan arah kambing gembalaannya. Alhasil puluhan kambing itu bukannya menuju arah pulang tapi justru menyerbu pasar. Si Pemuda stress. Ia jadi gelandangan pasar.
Dari tiga kisah itu, bukankah berarti manusiawi orang yang melakukan sesuatu hal ekstrem atas dasar cinta? Bukankah mati dengan keagungan cinta adalah mati yang mengagumkan?
Astaga karena cinta pada makhluk kah semua itu di lakukan?
Maka coba kita renungkan hadits dari Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik :
"Tiga hal yang membuatmu merasakan manisnya iman. Apabila kanu menjadikan Allah dan rasulNya lebih kamu cintai dari apapun. Dan apabila kamu mencintai seseorang, kamu tidak mencintainya kecuali karena Allah. Dan seseorang yang benci untuk menjadi kafir seperti ia benci di masukkan kedalam neraka."
Ternyata mencintai tidak boleh sembarangan. Harus ada dasar yang kuat karena apa kita memutuskan untuk mencintainya. Berdasarkan hadits diatas, cinta karena Allah bahkan merupakan salah satu penyebab seseorang dapat merasakan manisnya iman.
Seperti kisah Salman Al Farisi, shahabat Rasul yang saat itu sedang menaruh hati pada seorang wanita Anshar yang salihah. Namun perbedaan ras, bahasa, dan adat istiadat setempat membuatnya sulit untuk mengkhitbah gadis itu.
Ia menceritakan niatnya kepada sahabat karibnya : Abu Darda'. Yang disambut dengan gembira dan senyum merekah darinya. Abu Darda' bersedia membantu Salman untuk mengkhitbah gadis impiannya.
Hingga tiba hari yang ditunggu. Dengan perasaan berdebar yang tak bisa di lukiskan dengan kata kata. Abu Darda' dengan bahasa yang sederhana menyampaikan niat Salman. Sang Gadis dibalik tirai berdegup jantungnya. Sahabat Rasul yang menjadi ahlul bait beliau melamarnya! Sungguh suatu kehormatan yang luar biasa. Sang Ibu bergegas menemuinya dan meminta jawaban.
Tak pernah ada yang menyangka gulungan kejadian menakjubkan setelahnya. Ibu Sang Gadis kembali menemui dua tamunya, mengantongi jawaban gadis impian Salman.
"Suatu kehormatan bagi kami menerima dua tamu sahabat Rasulullah. Putri kami menolak pinangan Salman. Namun apabila Abu Darda' yang mengutarakan niat yang sama, putri kami sudah menyiapkan jawaban untuk menerimanya."
Sungguh luar biasa.
Gadis itu lebih tertarik pada Sang Pengantar daripada Salman.
Lantas bagaimana reaksi Salman?
Salman berkata : "Allahu Akbar. Seluruh mahar dan tabunganku untuk menikahinya kuserahkan pada Abu Darda'."
Betapa indahnya cinta yang di balut dengan ikhlas. Salman Al Farisi tahu bahwa Allah menganugerahi cinta pada makhlukNya untuk sarana mendekatkan diri pada Sang Maha Cinta. Hingga apabila takdir tak selaras dengan rencana, cinta pada Sang Khalik lah yang akan berkilau bersamaan dengan rasa ikhlas. Tidak ada marah, putus asa, atau bahkan pikiran bodoh untuk bunuh diri. Obat hatinya? Allah sendiri yang akan menjamin bahwa orang yang beriman tak akan pernah takut dan bersedih.
"Sesungguhnya orang orang yang berkata Tuhan kami adalah Allah kemudian mereka teguh pendirian, maka malaikat malaikat akan turun kepada mereka dengan berkata ; 'Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sesih. Dan bergembiralah kamu dengan memperoleh surga yang telah di janjikan kepadamu." (QS. FUSHILAT :32)
Bagaimana cinta bisa menimbulkan luka?
Barangkali kitalah yang salah mencari sebab kita mencintainya. Mencintai karena Allah atau karena hawa nafsu dan rasa ingin memiliki? Mencintai karena Allah atau gengsi di bilang nggak laku? Mencintai karena Allah atau ...
*bersambung di 'Mengapa Cinta menimbulkan luka? (PART 2)'
MasyaAllah...ditunggu part 2 nya😊😊
BalasHapusMasyaAllah...ditunggu part 2 nya😊😊
BalasHapusIya kaa. Doakan
BalasHapus